Saat aku berdiri di depan cermin, biasanya aku melakukan rutinitas seperti memakai bedak, bicara pada diri sendiri atau melihat-lihat jerawat yang sedang tumbuh diwajahku. Tapi saat aku memandang cermin kali ini, aku terheran-heran … is it me I’m looking at? Aku bertanya sendiri dalam hati. Dan aku seperti melihat cermin kehidupanku sendiri di wajah yang kulihat itu. Dan cermin itu bercerita banyak padaku.
Dimulai saat aku kecil. Aku ingat saat-saat yang kuhabiskan dipangkuan bapakku tercinta sembari bersenandung lagu anak-anak. Aku ingat saat aku menyabotase tas dan sepatu mamaku ketika mama hendak berangkat mengajar. Aku ingat saat aku mengendap-endap pergi dari tempat tidurku saat tidur siang atau saat aku main korek api dibawah bangku hingga bangku itu terbakar. Aku ingat ulangtahunku saat berumur sepuluh tahun. Saat itu rumahku ramai sekali penuh dengan saudara dan keluargaku. Mungkin itu adalah ulangtahun yang paling banyak dihadiri oleh keluargaku.
Yang kuingat dari sekolah dasar adalah saat aku bolos sekolah seminggu waktu aku kelas 5 SD. Aku pamit pergi sekolah tapi aku hanya keluyuran dan tidak ke sekolah. Dan akhirnya ketahuan juga karena sekolah menanyakan keadaanku pada mama. Hari yang paling kusuka adalah hari jum’at. Karena tiap hari jum’at empat SD di sekitar sekolahku senam bersama di lapangan. Sampai kini rasanya aku masih ingat sebagian senam yang dulu diajarkan. setiap hari jum'at diadakan pramuka dan seringnya aku ngumpet di bawah tangga dan setelah semua kelapangan, biasanya aku kabur lewat pintu yang lain. Aku juga paling menyukai saat olahraga dan kami bermain kasti. Aku rindu bermain kasti lagi, masih adakah permainan itu di sekolah dasar saat ini? Dan dikelas 6 SD aku ingat dengan cowok yang duduk di sebelahku. Nama panggilannya boneng. Dia selalu memukulku dan aku juga selalu membalasnya. Dia membuat kenangan masa kecilku jadi menyebalkan. Ada juga cowok yang tinggi kekar dan jagoan di sekolahku. Semua mengenalnya. Pernah sekali waktu aku memarahinya karena membuat kotor kelas yang baru saja kubersihkan. Saat itu aku memang giliran piket. Dan dia menghardikku. Aku takut sama dia, dan aku diam saja. Tapi anehnya, saat aku di SMP dia malah baik sekali terhadapku. Mungkin dia sudah berubah, siapa tahu?
Kenangan SMP ku juga tidak sepenuhnya menyenangkan. Saat aku duduk di kelas satu, guru bahasa inggris yang namanya bu raja guguk suka menyentil tangan para murid. Biasanya saat kami lupa mengerjakan pe-er atau lupa meminta tandatangan orangtua di pe-er kami. Kadang kalau aku lupa, aku suka memalsukan tandatangan mama supaya tidak kena hukuman. Ada juga guru matematika yang namanya pak mangun. Dia suka memukul punggung murid dengan penggaris panjang. Aku lumayan sering kena juga. Kelas satu adalah kelas yang paling menakutkan. Untungnya kelas dua aku tidak mempunyai guru yang ringan tangan juga. Di kelas dua, aku bertemu dengan sahabat yang hingga kini masih akrab denganku. Bahkan rasanya seperti saudaraku sendiri. Namanya chairunnisa marsh. Dia pintar, pecicilan dan baik hati. Aku sangat sayang padanya. Dan dikelas dua, aku juga mulai merasakan yang namanya rasa suka terhadap lawan jenis. Dia teman sekelas yang awalnya kubenci. Tapi lama-lama aku malah tertarik padanya. Aku mulai menulis diary dan berkhayal jadi pacarnya. Ternyata khayalanku jadi nyata. Dia menyatakan rasa suka. Dan kami pacaran. Tapi tidak pernah ngobrol bareng, tidak pernah jalan bareng. Hanya saling memandang. Menurutku itu sudah cukup. Karena aku tidak berani bicara dengannya. Jika berada di dekatnya, aku tidak sanggup bicara. Tanganku dingin dan jantungku berdebar kencang. Mungkin karena pertama kalinya aku merasakan hal ini. Dan saat putus dipilihnya, aku merasa sedih. Aku merasa enggan ke sekolah apalagi aku sekelas dengannya. Tapi akhirnya kelas dua berakhir juga dan kami tidak sekelas lagi. Di kelas tiga, aku merasa terasing. Mulai ada gank di kelas. Aku bahkan pernah hampir berkelahi melawan tiga temanku. Dan disini, aku merasakan perasaan suka lagi. Dia teman sekelasku juga. Tapi aku tidak pernah berani melihatnya. Ketika pulang sekolah, aku selalu berpas-pasan dengannya. Melihatnya dari jauh sudah cukup rasanya. Dan aku merasa sedih lagi ketika aku melihatnya pacaran bersama teman sekelasku juga di rumah wali kelas kami. SMP bukan saat yang menyenangkan untukku. Aku lebih banyak diam dan bernyanyi. Memperhatikan sekitar dan menyimpan segalanya dalam hatiku sendiri.
Dan SMU pun tiba ….
Aku merasa terasing dikelas satu ini. Tapi tidak lama. Disini, aku memiliki banyak teman yang baik dan mengasyikkan. Aku mulai percaya diri dan menjadi diriku sendiri. Pernah aku dan teman kelasku cabut sekolah dan kumpul dirumah temanku. Saat upacara, adalah saat favoritku. Aku mulai ikut kegiatan PMR dan ikut kegiatannya di PMI cabang. Aku ingat saat aku bersama empat temanku nonton titanic midnite saat hari valentine. Aku ingat saat aku dan nisa sahabatku di SMP berdiri di angkot dan akhirnya dapat julukan bonek. Aku ingat saat kerusuhan th 98 kami pulang jalan kaki dan sempat mendengar tembak menembak di daerah bypass. Aku ingat saat aku pulang hujan-hujanan basah kuyup atau merasakan hempasan angin ke depan kelasku. Aku menyukai hujan dan suasana yang selalu mengiringinya. Lalu kelas dua tiba. Aku duduk di kelas dua satu, kelas tempat anak-anak beranking ditempatkan. Aku rasa aku salah masuk kelas ini. Aku kan cuma sepuluh besar. Dan memang benar. Awalnya aku sempat stress karena semuanya pendiam. Tidak ada yang bercanda apalagi ngobrol. Untungnya sahabatku nisa sekelas dan sebangku denganku. Jadi aku tidak merasa sendiri. Tapi ternyata dugaanku salah. Semua ternyata baik, menyenangkan, lucu dan dikelas ini kurasakan arti dari persahabatan. Yang kukira pendiam ternyata rame dan agak-agak rese, hehe. Sekelas kami akrab tanpa ada golongan. Sekelas kami bercanda, menghabiskan waktu bersama. Pulang sekolah belajar kelompok bareng, ke mall bareng, kumpul dirumah teman nonton bareng, curhat bareng, nyontek bareng, arisan dan semuanya bareng-bareng. Dan disini aku mulai menyukai cowok lagi. Dia adalah ketua kelasku. Tapi dengan pengalaman pahit dulu, aku mulai agak-agak gengsi dengan perasaanku. Kami pun pacaran. Aku ingin diajari pacaran. Aku ingin diajari menyayangi. Aku ingin diajari mengenal dunia. Tapi dia tidak mengerti, karena aku pertama untuknya. Kami pacaran dengan kurang pengertian dan aku sering menyakitinya sengaja atau tidak. Saat perpisahan, aku bahkan menuntut pisah. Dia enggan dan tragedi terjadi, dia pingsan! Dan aku merawatnya, menyuapinya, menunggunya sampai dia terlelap. Aku menyadari aku salah dan aku menyayanginya walau masih gengsi. Esoknya, dia menyanyikan lagu untukku. Dan aku membatalkan keinginanku. Hubunganku berlanjut hingga kelas tiga. Kami sekelas dan dia ketua kelasku lagi. Disini sikapku masih sama. Begitupun dia. Dia tidak mengerti keinginanku dan aku tidak mengerti keinginannya. Kami sama-sama bodoh kurasa. Dan SMU pun berakhir. Tapi kami masih bersama ….
Kuliah tiba ..
Pacarku jauh di kota lain, dan kami terpisah. Dan aku merasa kesepian. Tempat kuliahku penuh dengan berbagai macam orang. Aku menyukai mata kuliah yang kudapat, saat-saat bersama teman di kampus. Tapi aku rindu teman SMU ku, aku rindu pacarku. Kami hanya bertemu enam bulan sekali dan hanya beberapa jam saja. Tiap rabu malam, dia selalu menelpon. Tapi aku rindu kehadirannya. Aku ingin dia ada disampingku dan menghabiskan lebih banyak lagi waktu bersamaku. Tapi dia tidak mengerti. Dia tidak mengerti apa yang aku mau dan aku tidak memberitahukannya hanya karena gengsi yang tidak pada tempatnya. Aku dan dia sama-sama bodoh! Dan kami akhirnya berpisah. Dan aku menjalin hubungan dengan lekaki lain di kampusku. Dan aku senang karena dia mengerti yang aku butuhkan. Dan dia selalu ada untukku. Tapi aku tidak bahagia. Karena aku rindu akan pacar SMU ku. Aku mencoba menghalau dan tidak berhasil. Akhirnya kami berpisah. Saat itu dia mengerti aku merindukan yang lain…
Akhirnya aku pun bekerja. Tapi aku tidak tertarik menjalin cinta. Aku hanya ingin membahagiakan keluargaku terutama mamaku. Aku ingin membahagiakan sahabat, teman dan semua yang kusayangi. Aku rasa aku takut terjatuh lagi. Aku rasa aku takut merasa lagi. Aku rasa aku takut melakukan kesalahan lagi. Dan aku hanya ingin membahagiakan semua karena kalau semua bahagia aku akan ikut bahagia.
Dan kini ….
Aku memang bahagia. Kini aku merasa aku tidak pernah sendiri. Allah selalu menemaniku. Aku tidak akan pernah kesepian lagi. Allah selalu ada untukku. Aku bahagia, karena kini aku banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, sahabat dan teman-temanku. Aku banyak melakukan hal-hal baru dan hal-hal yang kusukai. Menyenangkan atau tidak menyenangkan di masa lalu, bahagia atau tidak bahagia di masa lalu, semua hal yang kulewati, kurasakan, kulihat dan kudengar membuatku menjadi seperti sekarang. Semua peristiwa dalam hidupku pasti ada hikmahnya. Dan semuanya memperkaya diriku menjadi seperti sekarang.
Dan aku melihat ke cermin dihadapanku lagi. Ya.. wajah dihadapanku memang diriku. Dan aku bahagia dengan semua cermin masa lalu yang ditunjukkan wajahku itu. Ternyata hidupku memang penuh warna seperti pelangi di angkasa. Dan aku mensyukurinya. Dan aku berdoa, semoga cermin masa depanku adalah cermin kebahagiaan …. amin .. (4yo3)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment