Tuesday, December 24, 2013

Fresh your mind with Ironing

Berbicara soal menyetrika, jujur saja, ini bukanlah salah satu pekerjaan rumah tangga favorit. Bisa dibilang menyetrika adalah pekerjaan yang membosankan. Duduk manis, meletakkan baju atau celana di papan setrika, mulai menggosok, melipat lalu diletakkan di keranjang baju. Begitu seterusnya. Sekali menyetrika biasanya membutuhkan waktu antara satu hingga dua jam  Karena kalau kelamaan duduk pasti akan beresiko sakit pinggang wkwk.

Dimulai dengan menggosok baju-baju anak yang mudah dan cepat selesai, walau jumlahnya paling banyak. Dilanjutkan dengan kaos, celana, kain-kain dan terakhir adalah seprai. Diletakkan terakhir karena tingkat kesulitan dan membutuhkan waktu lebih banyak. Pernah iseng menghitung berapa waktu menyetrika satu seprai, kira-kira menghabiskan waktu 10 menit. Dalam waktu 10 menit bisa menyetrika 2-3 kaos. See? lebih efektif bila dikerjakan terakhir kaaaan. 

Menyetrika, seperti pekerjaan rumah tangga lainnya, hanya membutuhkan tenaga. Sementara pikiran kita melayang-layang. Memikirkan banyak hal. Awal menyetrika, biasanya aku lakukan sambil bershalawat atau dzikir dalam hati. Memasuki pertengahan, biasanya mulai memikirkan hal-hal terdekat seperti apa pekerjaan yang belum selesai, seperti nanti mau masak apa, setelah menyetrika enaknya mau ngerjain apa dulu, jangan lupa arisan belum bayar, harus cetak foto Hasan, dll. Setelahnya mulai berjalan mundur ke masa lalu, atau bergerak maju, merancang peta masa depan yang belum terbentang.

Sembari menyetrika, melihat pakaian tertentu, jadi teringat masa lalu. Ya ampuuun, ini kan baju yang dulu aku pakai waktu jalan-jalan ke kota tua sama Abi nya anak-anak. Lucu banget dulu pake acara janjian mau pake baju warna apa. Asik banget ternyata jalan-jalan rame-rame sama orang yang sama sekali ga kenal kecuali si Abi. Inget waktu foto di tempat A, B, seterusnya.

Kemudian pikiran melayang jauuuuuh ke masa depan, mikirin anak-anak nanti mau sekolah dimana. Rencana mau ngajak ksana-sini. Atau mikirin gimana caranya memperluas usaha supaya pemasukan tambah banyak. Dan meluncurlah beragam ide. Yess rite, ide-ide segar yang kadang atau seringkali tidak terpikirkan karena pikiran kita terlalu penuh.

Dan ini menyenangkan...
Pikiran seakan terbuka lebar, dan penyelesaian tersedia dihadapan. Dan tanpa terasa, seiring dengan berjalannya pikiran, demikian pula setrikaan. Dua hal berjalan bersamaan.

Patut dicoba untuk semua yang stuck dengan ide, punya banyak pikiran atau butuh penyegaran. Silahkan menyetrika. Kalau tidak ada, boleh tanya sama tetangga siapa tau ada setrikaan menumpuk. Hitung-hitung, sembari menyelam minum air. Lumayan kan dapat ceperan jadi tukang gosok dadakan heheheheheheh :p

Tuesday, September 24, 2013

Goodbye My Dear Paps....

Pa....

Papa... benarkah engkau telah tiada? Benarkah engkau telah meninggalkan kami selama-lamanya? Kenapa begitu cepat Pa....

Tepat di hari minggu, seminggu yang lalu. Engkau mengajak aku dan cucu-cucumu menengok satu-satunya adikmu yang berada di Jakarta, mb Tuti. Engkau berkata, ‘main ke mb Tuti yuk, kita makan siang disana. Mb Tuti masak pecel enak’ dan setelahnya engkau ingin main ke rumah anakmu yang satu lagi, mas Doni. Sejak pagi hingga malam seharian engkau bersama keluarga yang engkau sayang. Engkau terlihat begitu gembira. Bercanda, mengobrol dan bermain dengan cucu-cucumu. Engkau terlihat begitu senang Pa.

Apakah saat itu engkau telah menyadari waktumu yang telah sedikit pa? Sehingga engkau menyempatkan waktumu untuk menemui kami satu persatu. Memberi kami kenangan baru, untuk terakhir kalinya. Inikah ucapan salam perpisahan darimu? Andai aku menyadarinya Pa. Andai aku bisa membaca tanda alam dengan baik. Ingin aku rangkul engkau, ingin aku cium engkau, ingin aku bisikkan kata bahwa aku sangat menyayangimu Pa. Taukah engkau bahwa aku sangat menyayangimu Pa? Dan aku tidak bisa mengetahuinya karena engkau telah tiada.... aku menyesal Pa. Karena aku tidak sering mengatakan kepadamu bahwa aku sayang padamu.
Daddy’s lil girl. Itulah julukan Mama untukku. Karena semasa engkau hidup, engkau selalu memperlakukanku seperti putri. Engkau selalu berusaha menyenangkan hatiku, mendukung apapun pilihanku, memanjakanku, ikut senang dengan cita-cita dan impian yang ingin aku raih, perduli dengan apa-apa yang menjadi prioritasku saat itu.

Sampai aku sudah menikah dan memiliki anak pun, sikapmu tidak berubah Pa. Engkau selalu ada kapanpun aku membutuhkanmu. Engkau selalu berusaha ada bersamaku, disaat aku menjadi ibu. Yang pertama, dan kedua kalinya. Engkau selalu berusaha membantuku memecahkan masalah yang menghimpitku. Engkau selalu berusaha membantuku melihat hidup dengan bijak. Tak pernah sekalipun engkau marah padaku. Apalagi menilaiku buruk.

Dan aku? Apakah aku melakukan hal yang sama terhadapmu? Bahkan saat engkau merasa sakit di saat-saat terakhir hidupmu, engkau tidak menghubungiku Pa. Aku tidak ada untukmu Pa. Kenapa engkau tidak pernah bercerita apa-apa. Kenapa engkau tidak pernah berbagi kesedihan, kesusahan, atau apapun yang engkau rasakan bersamaku Pa? 

Pa.... Pernahkah engkau kecewa padaku, pernahkah engkau marah dan sedih karenaku? Apakah aku pernah membahagiakanmu? Semua pertanyaan demi pertanyaan bergulir dalam benakku. Dan penyesalan kembali datang karena aku tidak pernah bertanya kepadamu. Oh Paaaaa..... 

Dan sekarang, aku tidak akan pernah bisa melakukan ritual cium tangan yang diakhiri dengan cium pipi kiri-pipi kanan lagi. Aku tidak akan mendengar tawamu yang renyah lagi. Aku tidak akan bisa mengobrol dan bersenda gurau bersamamu lagi. Dan aku tidak akan pernah melihatmu lagi....

Tenanglah Papa disana. Aku akan kuat Pa. Aku akan menjalani hidup dengan lebih baik lagi. Aku akan membesarkan anak-anakku dengan penuh sayang, sama seperti apa yang sudah engkau lakukan kepadaku selama ini. Dan aku akan selalu ceritakan kepada mereka tentang dirimu, kirim doa untukmu, dan selalu menyayangimu sampai kapanpun.

Terimakasih Pa. Atas semua cinta kasih tulus yang engkau berikan kepadaku dan cucu-cucumu. Terimakasih atas semua kenangan indah yang engkau tinggalkan untuk kami. Semoga Allah memberikan tempat yang baik untukmu disisi-Nya.

Sunday, August 04, 2013

Miss you Nis...

Bukan cuma teknologi yang dapat mempertemukan orang. Tapi mimpi juga, setidaknya untukku. Saat ini, dengan kondisi dua anak bocah dan lokasi rumah yang bukan di tengah kota rasanya agak sulit untukku keluar rumah bertemu muka dengan sahabat-sahabatku. Meski ingin sekali aku bisa bertemu silaturahim, berbagi cerita, canda atau hanya sekedar duduk bersama mengingat masa lalu yang telah kami lalui bersama.

Keadaan yang sungguh jauh berbeda dengan saat aku masih bekerja dan mobile kemana-mana. I'm happy with my life now, I really am. But sometimes I'm just missing many things, seperti misalnya sahabatku yang satu ini....
 
Aku sangat ingin sekali bertemu dan menghabiskan banyak waktu dengan sahabatku yang bernama Nisa. Dia adalah sahabatku sejak masih duduk di bangku SMP. Kira-kira pertemuan pertama kami terjadi di tahun 1994 di saat kami masih terlihat polos, naif dan lucu hihi. Waiiiiit, 1994? my God, is that true??? Yup... almost 20 years a go. Ternyata sudah begitu lama. (reminding me how old I am now, wkwkwkwk).

Banyak hal yang sudah kami lakukan bersama. Menginap di rumah masing-masing, travelling (sayangnya rencana keluar negeri belum terlaksana), nonton di bioskop dan makan-makan, dan banyak hal mulai dari remeh temeh sampai hal-hal penting. Kami bahkan sering juga beradu argumen dan bertengkar hingga tidak bertegur sapa. Tapi kami selalu kembali bersama, somehow...

Dan terakhir kami bertemu bulan Juni lalu (setelah sebelumnya selama 4 tahun kami tidak pernah bertemu). But it wasn't enough. Too quick. So many things we haven't share...

Tapi minggu lalu, mimpi mempertemukanku dengannya. Mimpinya begitu indah. Mengingatkanku betapa aku sangat menyayanginya....  ingin bisa selalu menjadi sahabatnya dan tempatnya bercerita,  ingin selalu melihatnya bahagia dalam setiap hal. Hingga aku bangun aku masih memikirkan sahabatku. Berharap dunia nyata bisa berbaik hati mempertemukan kami lagi... kapankah itu akan terjadi? semoga segera... Miss you so much Nis.......

Sunday, April 21, 2013

Maybe, Love isn't enough.. eh??

Sometimes I think that love isn't enough to unite two persons in a marriage relationship. We might love someone badly, and thinking everything will be allright as long as we have each other... but marriage isn't only about love.

There are many things inside it. Family, financial, children, loyalty, friends, etc. And all of it becomes complicated like a circle. There's no end. And hard to get out of it.