Friday, December 16, 2022

Membangun Kecintaan Membaca Lewat Pustaka Anak Bangsa

Buku adalah jendela dunia, melalui buku kita bisa mengenal dunia dan isinya. Eko Cahyono adalah pemuda asal Malang yang jatuh cinta pada buku sejak kecil. Ayah ibunya merupakan petani dan penjahit pakaian. Walaupun orang tuanya bukanlah orang berada tapi tak menyurutkan langkahnya untuk selalu membaca.

Minat Eko Cahyono pada buku membuatnya memiliki keinginan untuk menularkan hobinya kepada anak-anak di sekitarnya. Untuk itulah Eko membuka perpustakaan dengan nama Pustaka Anak Bangsa. Tapi rintangan demi rintangan datang. Saat rumahnya mulai ramai orangtuanya merasa terganggu, dan Eko pun mulai membuka Pustaka Anak Bangsa di tempat lain.

Eko Cahyono di perpustakaan Pustaka Anak miliknya (foto: e-book SIA Award)

Nekat menjual motornya, Eko pun mengontrak dan mulai meneruskan hobinya. Eko membuka pintu selebar lebarnya untuk anak-anak yang ingin datang membaca. Tapi karena banyak anak muda datang di malam hari, perpustakaannya sempat digerebek karena dianggap menyediakan buku pornografi. Status mengontrak juga membuat perpustakaannya berpindah-pindah tempat. Terhitung 9 kali Eko berpindah kontrakan sejak tahun 1998 sampai 2011.

Walaupun banyak rintangan yang datang tapi Eko tetap semangat pantang menyerah dalam membuka perpustakaan dan menyebarkan virus gemar membaca ke anak-anak di sekitarnya. Lambat laun usahanya pun berbuah hasil. Masyarakat mulai bisa menerima bahwa anak muda di wilayah mereka memang gemar membaca. Daripada bermain ke tempat tidak jelas, para ibu lebih senang menitipkan anak-anak di perpustakaan.

Akhirnya, kabar baik pun datang. Pemda memberikan dana bantuan yang kemudian dibelikan tanah dan bantuan dari pihak lain digunakan untuk mendirikan bangunan perpustakaan permanen. Eko juga mulai menyediakan perpustakaan keliling untuk menjangkau seluruh kecamatan di kabupaten Malang.

Menurut Eko Cahyono, buku bisa mengubah nasib seseorang. Setidaknya puluhan dari ratusan anak yang awalnya lulusan SD kemudian sering baca lalu ingin sekolah lagi. Dengan mengambil paket B atau C mereka kuliah lagi sampai menjadi guru.

Bangunan Pustaka Anak Bangsa
(sumber: e-book SIA Awards)

Perpustakaan Pustaka Anak Bangsa buka selama 24 jam. Ada banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan di sini selain membaca, diantaranya adalah belajar komputer, melukis di kanvas, menonton film bareng, belajar masak, diskusi hingga menanam 27 tanaman obat tradisional. Bahkan yang tak kalah menarik, ada bimbingan belajar bagi pelajar secara gratis.

Warga semangat membaca buku
(sumber: e-booklet SIA Awards)

Dan kini ada 26 perpustakaan yang tersebar di 35 desa se kabupaten Malang. Cakupannya juga semakin luas karena perpustakaan digelar di tempat-tempat umum seperti di pos ojek, salon, bengkel motor, dll.

Tak ada usaha yang mengkhianati hasil dan itulah yang dialami Eko Cahyono. Usahanya dalam meningkatkan literasi membaca sukses membuat anak-anak muda menjadi kenal buku dan gemar membaca.

No comments: